Jumat, 29 April 2016

Syekh Jambu Karang, Ardi Lawet desa Panusupan Kecamatan Rembang, Wisata Religius

Posted by Unknown on 23.24 in | 3 comments
Haiiiiiii Saudara Sekalian. saya yang akan bercerita mengenai perjalalan spiritual kami di PETILASAN SYEKH JAMBU KARANG yang berada di desa Panusupan Kecamatan Rembang...... 

PERJALANAN SPIRITUAL SERDADU BIRU BERCERITA SEDIKIT TENTANG PERJALANAN KAMI SERDADU BIRU(mondlenk,gajul,tomket,sarpin,mors) DI PETILASAN SYEKH JAMBU KARANG. 

Perjalanan kami bermula dirumah saudara Tomket untuk berkumpul dan packing akhir, tiba –tiba saat kami akan berangkat ke Rembang menuju ARDI LAWET kami dihadang hujan lebat yang membuat kita harus bertahan lebih kuat untuk perjalanan. Dirembang kami masih terkena hujan lebat sampai didesa Panusupan dan bersinggah dirumah juru kunci ardi lawet untuk meminta izin pemanjatan. Kami melaksanakan ibadah dan mempersiapkan tenaga untuk pemanjatan. Kami pun berbincang dengan juru kunci dan meminta izin, kami pun diberi izin jalan dan sambil diberi wejangan yaitu tidak boleh berbicara jorok, harus berperilaku baik, niat yang baik dan tidak boleh mengeluh. Dan juru kunci ardi lawet bercerita sedikit tentang Ardi Lawet dan Syekh Jambu Karang. Asal mulanya syekh jambu karang adalah putra dari raja pajajaran 1 yaitu Prabu Brawijaya Mahesa Tandreman, nama muda beliau R. Mudingwangi dan beliau akan dinobatkan sebagai penerus ayahnya namun beliau tidak tidak mau dan memberikan kepada adiknya. Setelah memberikan tahta kerajaan kepada adiknya beliau mengembara dan bertapa di gunung jambudipa dikab. Banten Jabar, dan beliau terkanal dengan nama “Jambu Karang”. Saat bertapa beliau melihat tiga cahaya/nur putih disebelah timur yang sangat tinggi, kemudian beliau dan 160 pengikutnya mengejar cahaya tersebut. Setelah berjalan jauh dan melewati banyak desa dan kota sampailah digunung Panungkalan desa Grantung kec. Karang Moncol Purbalingga disitulah cahaya berasal dan gunung tersebut diberi nama gunung Cahyana. Setelah sampai beliau melanjutkan bertapa digunung tersebut. Kemudian ada mubaligh islam dari arab yang bernama syekh Atas Angin, ketika sholat subuh beliau mendapat ilham tiga cahaya putih diarah timur. Kemudian beliau dan 200 pengikutnya mengejar tiga cahaya putih yang jatuh digunung cahyana. Sampai digunung cahyana Syekh Atas Angin bertemu dengan Jambu Karang dan beliau memberi salam, tetapi Jambu Karang tidak menjawab karena dia masih beragama hindu. Merasa terganggu oleh Syekh Atas Angin, Jambu Karang marah dan beradulah kesaktian antara Syekh Atas Angin dan Jambu Karang. Akhirnya Jambu Karang kalah dan tunduk kepada Atas Angin, beliau ingin masuk islam tetapi Syekh Atas Angin memberikan persyaratan antara lain : mandi taubat dan memotong rambut kukunya. Beliaupun menyanggupi syarat tersebut kemudian beliau mandi taubat dan memotong rambut & kukunya digunung Ardi Lawet yang sekarang menjadi petilasannya. Kemudian Syekh Atas Angin menuntun Jambu Karang membaca “syahadat” dan pada saat itu semua mahluk dan gunung disekitar ardi lawet mengamini dan tunduk pada Jambu Karang terkecuali gunung bengkeng/membangkang yang sekarang bernama “PANYATAN”. Setelah itu beliau diberi ilmu kewalian digunung Kraton, dan diberi gelar Syekh Jambu Karang. Setelah itu beliau mulai menyebarkan islam didaerah rembang. Untuk berterima kasih kepada Syekh Atas Angin beliau menjodohkan putrinya yang diciptakan atas mukjizat ALLAH SWT beliau memetik jantung pisang merubah menjadi seorang putri dan diberi nama Rubiyah Bekti. Untuk menyempurnakan kewaliannya beliau pergi menunaikan haji kemekah. Dan pulang dengan gelar Haji Purba/Haji Purwa.

Cerita dari juru kunci berlanjut kefenomena/mitos Ardi Lawet antara lain yang pertama jika peziarah dapat menghitung sama tangga keluar masuk menuju petilasan Syekh Jambu Karang akan mendapatkan berkah dan cita – cita dapat tercapai, yang dua jika peziarah duduk atau tidur ditempat manapun di Ardi Lawet baju dan celananya basah/kotor akan mendapatkan berkah dan cita-citanya dapat tercapai. Itulah penuturan juru kunci. Dan keunikan yang lain yaitu warga panusupan tidak berani memasak dan memakan jantung pisang. Kemudian kami memulai perjalanan menuju gerbang masuk ardi lawet. Sampai digerbang kami memanjatkan doa dan tidak lupa narsis dulu. 

Perjalanan awal menanjak sedikit tapi anehnya kami merasa lelah dan hampir putus asa, tetapi dengan niat dan semanagat yang membara kami terus berjalan sampai pintu masuk Ardi Lawet. Kami mengisi administrasi dan bertanya apakah sudah ada yang mandaki didepan kami? Ternyata ada yaitu anak – anak SMP. Setelah itu kami melanjutkan pejalanan menuju pos 1, langkah demi langkah kami telusuri setapak demi setapak kami lewati, sampailah dipos 1 kami pun beristirahat. Tiba – tiba terdengar suara gemuruh hujan lebat diatas bukit ardi lawet, kami pun mempersiapkan mantel bila mana hujan datang. Kami melanjutkan perjalanan menuju pos 2, sekitar 30 menit akhirnya sampailah kami dipos 2, kami pun beristirahat kembali. Suasana yang tenang dan damai menyelimuti malam itu. Dan terdengar suara angin yang menerpa pohon dan rumput disekitar kami, hati tenang dan merasa damai. Kami pun bergegas berjalan kembali karena malam yang mulai larut dan semakin gelap. Selangkah demi langkah kami berjalan. Akhirnya kami sampai dipetilasan Kyai Santri dan kami beristirahat dan sejenak memanjatkan doa ditempat tersebut. 

Disitu mondlenk teringat ucapan bapak kuncen bahwa “ketika siapa saja yang mendaki ardi lawet dan pakaiannya basah/kotor ketika tidur/duduk orang tersebut akan mendapat keberuntungan” tetapi apa yang terjadi pada kami adalah tidak ada tanda-tanda pakaian kami kotor. Setelah itu kami melanjutkan ke pos 3. Malam semakin larut suara hewan semakin terdengar jelas. Kami sampai dipos 3 dan kembali beristirahat. Tiba-tiba terdengar suara hujan yang lebat di kaki gunung disekitar pos 1. Tidak pikir panjang kami bergegas menuju ke puncak supaya dapat berteduh dipendopo petilasan. Sekitar 15 menit perjalanan akhirnya kami sampai, dan ternyata benar sudah ada anak smp yang sedang berdoa disitu. Kami pun langsung membuat doom(tenda) disekitar pendopo karena didalam pendopo itu penuh anak smp. Kami berkerja sama membangun doom ada yang mempersiapkan doom, ada yang membuat makan malam, ada yang membuat kopi untuk memhangatkan badan. Sekitar 15 menit pekerjaan kami selesai dan kami beristirahat didalam doom, makan malam dan bercerita tentang perjalanan kami tadi. Pukul 23.30 kami bersiap untuk berdoa, kami menuju masjid dan kami disitu memanjatkan doa untuk cita-cita kami dan organisasi kami. Dengan khusuknya kami panjatkat doa sampai pukul 00.15. tetapi ketika kami sedang berdoa anak smp tersebut sudah selesai berdoa dan ditempat tersebut mereka berkelakuan tidak layak ada yang pacaran ada yang musikan keras banget ada yang berbicara jorok dan kelakuan yang tidak pantas dilakukan ditempat tersebut dan untuk anak smp. Setelah merasa cukup kami kembali ke doom dan datang rombongan ketiga dari OPA dipurbalingga. Kami menyambut dan berkenalan. Disitu kami berbincang panjang lebar dan kami sampai merasa letih kami menyudahi ngobrol dan kami masuk didalam doom. Kami pun mulai tidur untuk menjamin stamina untuk turun esok paginya. Tanpa kami sadari malam itu rombongan ketiga itu berbuat yang tidak patut, kelakuan yang dilarang agama dan pemerintah. Pagi harinya, hari kedua kami di ardi lawet kami diterpa hujan lebat dan rombongan anak smp dan rombongan ketiga tidak dapat turun gunung. Tetapi mereka memaksakan turun dengan menerjang hujan tersebut. Sesuai rencana awal yang kami buat, kami akan membersihkan lingkungan ardi lawet dari masjid, pendopo dan jalan setapak yang kami lalui nanti ketika kami turun. Tiba-tiba hujan yang tadinya turun sangat lebat langsung reda seketika ketika kami akan berjalan menuju mata air suci yang ada di ardi lawet. Kami berjalan menuju tempat air suci tersebut dan melihat pemandangan yang sangat luar biasa dari atas gunung ardi lawet. Sedikat 5 menit kami sampai ditempat air suci tersebut dan kami membasuh muka dan mengambil airnya untuk kami masak sebagai persediaan pulang. 

Setelah dari tempat air suci kami langsung kembali dan mulai membersihkan masjid dan pendopo, dari menyapu hingga mengepel lantai. Sebelumnya kami sudah mengemasi barang-barang kami kembali. Dengan kerja keras dan kerja sama kami menyelesaikan dengan cepat pekerjaan tersebut. Kami pun langsung berpamitan kepada ibu pedagang yang ada disekitar pendopo. Dari situ kami mulai memungut sampah untuk kami bawa turun supaya alam bersih dan dapat terjaga dengan baik. Dari sampah plastik permen sampai plastik besar yang dapat mencemari lingkungan dan membuat kotor alam kami pungut satu persatu. Kami tidak merasa jorok/kotor/malu memungut samapah seperti pemulung, karena kami manusia dan harus menjaga alam. 

Kalau bukan manusia siapa lagi??????????? Kami turun dengan lamabat sambil bercanda, membuat dokumenter dan tidak lupa memungut sampah. Tiba-tiba ditengah perjalanan turun kaki Sarpin tergigit pacet sejenis lintah. Kami berhenti dan mengobati dengan bantuan tumbuhan disekitar kami untuk menghentikan pendarahan. 

Kami berjalan kembali dan kami melihat kuasa ALLAh SWT yang luar biasa keindahan yang mungkin tidak bisa diciptakan manusia. Kami melihat kec. Rembang dan karang mocol dari ketinggian, itu keindahan tiada tara. Ketika kami hampir sampai dipos 1 kami sambut oleh elang jawa yang membuat kami kagung kembali atas ciptaan-NYA, elang jawa salah satu hewan langka didunia, dia terbang diatas kami seperti memberi ucapan terimakasih dan memberikan perlindungan kepada kami. 

Ketika kami sampai digerbang keluar kami merasa ada yang berubah kepada kami ada hal yang membuat kami merasa tenang dan damai tidak ada beban dalam pikiran. Kami menuju kerumah juru kunci untuk pamitan dan mengambil kendaraan untuk pulang. Diperjalanan kami baru sadar saat berangkat kami melewati makam dari cucu syeh jambu karang atau anak dari syeh Atas Angin. Kami sampai dirumah Mors untuk beristirahat kembali. Disitu kami berbincang banyak tentang perjalanan kami lakukan dan ada kejanggalan saat pendakian Ardi Lawet. Mondlenk merasa ketika diperjalanan naik kami tidak mendapat halangan atau rintangan. Tetapi utnuk rombongan anak smp dan rombongan tiga dihadang hujan lebat dari apa yang dilakukan dan niatan yang buruk. Itu sebuah pengalaman dan pelajar bagi kami.

Saudara Sekalian ingat yaa jika kalian berkegiatan di alam bebas jangan lupa untuk tidak membuang sampah sembarangan

sesuai denan motto pecinta alam yaitu :
1. Tidak boleh meninggalkan apapun kecuali jejak
2. Tidak boleh membunuh apapun kecuali waktu
3. Tidak boleh mengambil apapun kecuali gambar

.......

3 komentar:

  1. Kalau bukan kita yg menjaga dan melestarikan, siapa lagi?

    BalasHapus
  2. Sudah sepantasnya kita melestarikan alam saodaraku

    BalasHapus
  3. Keren temen, sing nulis sapa koh?

    BalasHapus